07 November 2007

Sepotong Kenangan yang Menggugat

Oleh: Arthur J. Horoni

Pesan–pesan singkat (sms) Mas Zen sering mampir ke HP saya. Isinya berupa gugatan terhadap situasi tanah air. Naga-naganya, saat sedang sumpek, Mas Zen ingat saya, lantas mengisahkan uneg-unegnya.

Yang sempat saya catat, beberapa gugatan dia terhadap cara pemerintah menangani bencana gempa bumi dan tsunami Aceh 2004, yang pada bulan-bulan pertama terkesan centang-perenang.

Ini beberapa petikan SMS Mas Zen:
  • Bencana Aceh, dua potret paling telanjang tentang: Ketimpangan redistribusi kekayaan nasional. NAD seperti wilayah luar Jawa: papah infrastruktur, jalan, telkom, rumah sakit, dan lain-lain. Ketidakbecusan birokrasi pemerintah atasi situasi darurat.
  • Saking lamanya dibohongi penguasa, mayoritas kita ibarat kelamaan di WC, nggak lagi kecium bau busuk. Civil Society memang harus berbuat.
  • Elit bangsa ini pinter ngomong walau sering nggak masuk akal, tapi nggak pinter bekerja. Pasnya barangkali elite bangsa pinter ngeles
  • Gue khawatir, kesemrawutan kerja birokrasi di ground zero, dalam keadaan normal aja kacau, berakibat terlantarkan korban yang selamat dan relawan, bersumber dari kompetisi para elit penguasa. Cuma kebo kali yang nggak bisa liat realitas itu di daerah bencana.
  • Selagi pejabat-pejabat RI tidur pules, Inggris bikin pos info kemanusiaan di Banda Aceh. Bisa-bisanya ya orang-orang yang selalu atas nama tim merah-putih tuh, gini ari masih ngorok.

Menanggapi sms Mas Zen, saya menulis, birokrasi kita pada ketularan penyakit PDIPP yakni Penurunan Daya Ingat, Pendengaran dan Penglihatan, maka Semakin Banyak Yang Jadi Korban ***

Tidak ada komentar: