Bung Zainal (berdiri nomor 3 dari kiri) bersama kru Radio ARH dan anggota Bengkel Belia ARH. Tampak pula Uni Ira, isteri Bung Zainal (berdiri paling kanan). (Foto: Koleksi Arthur JH)
Oleh: Zukifli Ibrahim
Bung Zainal Abidin Suryokusumo, adalah seorang pekerja keras. Ini dibuktikannya sejak hari-hari pertama Radio ARH (Arief Rachman Hakim) berdiri. Setiap hari, sejak jam enam pagi, Bung Zainal sudah “bercuap-cuap di udara” menyapa para pendengar dengan panggilan: “Sobat-sobat pendengar di wilayah
Yang bertugas setiap pagi di Radio ARH ketika itu, adalah “2 Z”. Yakni, Zainal Abidin Suryokusumo dan Zulkifli Ibrahim (Zul). Jika Bung Zainal siaran antara jam
Setiap pagi, Bung Zainal dibekali isterinya, Ira, roti diolesi mentega dan telur mata sapi. Juga satu termos penuh air panas, yang digunakannya untuk menyeduh teh atau kopi, sambil siaran. Sang penyiar yang satu ini suka sekali kopi kental, yang diseduhnya dalam sebuah mug berukuran besar, cukup sampai siang.
Jam 08:00, Bung Zainal bersuara lagi di depan mikrofon, membacakan Warta Berita Dunia, yang bahan-bahannya dihimpun dari berbagai sumber, termasuk BBC London, Radio Australia dan Voice of America (VOA). Bung Zainal mengolahnya, malam hari, menjadi berita khas Radio ARH. Banyak pendengar ketika itu menilai, berita-berita Radio ARH lebih up to date daripada berita Radio Republik Indonesia (RRI).
Berita yang juga diolah oleh Bung Zainal adalah Berita Ekonomi dan Industri, yang disiarkan setiap jam 11 siang. Dibantu oleh Syahrial Muluk Nasution, yang bersama-sama Bung Zainal pernah berkiprah di Radio Ragam, Jakarta Selatan, milik Laskar Ampera Arief Rachman Hakim Rayon Panjaitan. Dengan daerah cakupan: Kebayoran Baru dan Kebayoran Lama. Bung Zainal juga membuat features untuk siaran pukul
Siaran Pendidikan Pemuda TITIK TEMU.
Tahun 1974, bekerjasama dengan LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Pengembangan Ekonomi-Sosial), Radio ARH meluncurkan Siaran Pendidikan Pemuda (SPP) TITIK TEMU, berisi features dan reportase tentang berbagai masalah ekonomi dan sosial di seluruh
Pada awalnya, TITIK TEMU lebih mengedepankan persoalan-persoalan dari propinsi ke propinsi. Setiap propinsi dibahas selama satu bulan siaran, tentu saja dengan berbagai aspeknya, seperti kultur dan kekayaan alamnya. Siarannya setiap hari, Senin sampai Sabtu, pagi dan malam (ulangan).
Dalam perkembangan berikutnya, isi TITIK TEMU pun semakin beragam dengan berbagai rubriknya, seperti: Penampilan Orang Musik (bahasan tentang perkembangan musik pop
Metode yang diterapkan dalam mengelola dan mengudarakan SPP Titik Temu ini, merupakan hasil studi banding Bung Zainal Abidin Suryokusumo, di Jerman. Ketika itu Bung Zainal dikirim ke untuk magang di Radio Deutsche Welle, Jerman, sebagai hasil kerja sama lembaga swadaya masyarakat FNS (Friederich Neumann Stiftung) dengan LP3ES.
Di dalam Titik Temu tersebut, Bung Zainal juga membuat rubrik konsultasi yang dinamakan Kontak Pendengar. Acara ini membahas surat-surat dari pendengar, yang menanyakan berbagai macam permasalahan, mulai dari masalah pendidikan, hukum, sampai rumah tangga. Berkat acara inilah, Bung Zainal kemudian dikenal dengan julukan Bung Daktur, dan tersohor dengan sapaannya yang hangat: “Bung Daktur di sini, Hallooouuu.”
Untuk menjawab surat-surat tersebut, Bung Zainal terlebih dulu harus bekerja keras membuka buku-bukunya termasuk sejumlah ensiklopedi yang tersedia di studio, dan berdiskusi dengan teman-temannya di Radio ARH. Bung Zainal tak pernah malu bertanya untuk soal-soal yang kurang dikuasainya. Untuk masalah-masalah keagamaan, misalnya, ia akan bertanya kepada Amir Syarifuddin Nawawi, Nasihin Hasan atau Samian El-Faizi, yang merupakan jebolan dari IAIN Jakarta itu. Karena mampu menjawab semua pertanyaan di Kontak Pendengar, banyak pendengar menjuluki Bung Zainal sebagai professor.
Radio ARH pada waktu itu, mempunyai kelompok-kelompok pendengar di berbagai wilayah
Selain SPP Titik Temu, Radio ARH juga memiliki sejumlah program siaran lainnya, termasuk siaran-siaran kedaerahan, dengan penyiar yang berlainan. Dan, setiap penyiar Radio ARH dituntut untuk mempunyai
Itulah sekelumit kiprah Bung Zainal di Radio ARH, yang membuktikan bahwa sosok yang satu ini memang tak pernah kenal lelah dan tak kenal menyerah. Sampai akhir hanyatnya, ia aktif memperjuangkan hak-hak wartawan dan penyiar. Ia ikut menyusun Rancangan Undang-Undang Penyiaran dan Undang-Undang Pers.
[Zulkifli Ibrahim, adalah mantan penyiar Radio ARH, anggota Laskar Ampera Arief Rachman Hakim (ARH), yang sempat menjadi Penanggung Jawab Radio ARH dan Ketua Yayasan Radio ARH, setelah radio ini berganti kepemilikan (berada di bawah pengelolaan manajemen Grup Bimantara). Kini ia aktif sebagai Kepala Biro Daerah Depok,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar