Bung Daktur adalah nama julukan "on air" Zainal Abidin Suryokusumo (ZAS), yang selama dekade 70-an dan 80-an, mengasuh rubrik "Kontak Pendengar" Siaran Pendidikan Pemuda TITIK-TEMU Radio ARH (Arief Rachman Hakim) sekaligus penanggung jawab radio swasta tersebut. Setiap hari (Senin s/d Jum'at) pagi dan malam (siaran ulangan) Bung Daktur (ditemani Atty Nurly) menjawab berbagai pertanyaan pemirsa, mulai dari soal-soal sosial-kemasyarakatan, sampai yang sifatnya konsultasi pribadi. Ratusan surat diterima Bung Daktur setiap harinya, hingga si Bung pun nyaris kewalahan.
Tentu saja bukan cuma itu peran ZAS. Ia juga aktif sebagai Pembina Utama (istilahnya: Datuk) Bengkel Belia ARH, kelompok anak muda putus sekolah, yang disalurkannya melalui berbagai kegiatan kreatif. Di luar Radio ARH, ZAS tak pernah lelah memotivasi para pekerja broadcast (radio siaran swasta nasional) baik sebagai pengurus PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional), anggota Dewan Pers maupun sebagai trainer senior. Kegiatan ini terus dilakukannya, bahkan setelah ia tak lagi memimpin Radio ARH (yang belakangan berganti pemilik).
Mantan aktivis KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan Laskar Ampera Arief Rachman Hakim (ARH) ini, pernah pula selama beberapa tahun menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Fosko '66 (Forum Komunikasi Angkatan '66). Namun kemudian mengundurkan diri dari organisasi ini, karena rekan-rekan seperjuangannya (antara lain Fahmi Idris, Ekky Sharuddin, Louis Wangge) bersepakat membawa Fosko '66 ke ranah politik. Malahan, tak lama kemudian, Laskah ARH yang dicintainya bergabung dengan "mesin politik" terbesar saat itu: Golkar. ZAS, yang kurang suka dengan kegiatan politik praktis itu pun semakin "membenamkan" diri ke dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan keradioan, sampai akhir hayatnya. (Lihat: Mas Zen Sang Guru Pembebasan)
Bermula dari Radio Bawah Tanah.
Zainal Abidin Suryokusumo, lahir di Bondowoso, 25 Mei 1939, namun semenjak masa kanak-kanak sudah tinggal di Jakarta, dan meraih Sarjana Muda di FHPM/IPK UI, pada tahun 1968.
Pelatihan-pelatihan/studi banding (comparative study) yang pernah diikutinya adalah: 1) Jurnalistik, pada Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia/IPMI, 1967-1969, dari tingkat dasar hingga TOT; 2) Job Training Programming Pendidikan untuk Pemuda melalui Radio, di stasiun-stasiun Radio Publik Republik Federasi Jerman; WDR, HR, SFB dan RIAS, selama musim panas 1974; 3) Pemasaran; pada Grup Studi Periklanan, 1976-1978; 4) Studi Banding (comparative study) perkembangan Penyiaran Komersial di Filipina, 1996; 5). Studi Banding (comparative study) Sistem Penyiaran Swedia dan Inggris, atas undangan pemerintah kedua negara, musim semi tahun 2000.
Kariernya di dunia radio siaran, bermula dari masa pergerakan mahasiswa 1966, dengan mendirikan radio bawah tanah (amatir). Dilanjutkan dengan mendirikan Radio Siaran Komersial ARH, pada tahun 1968. Menjadi Project Officer Radio Pendidikan Pemuda LP3ES, 1973-1975. Pada tahun 1993, membangun Jaringan Radio – Anggit Radio Nusantara – dengan 40 stasiun afiliasi, yang tersebar dari Sumatera Utara hingga Jawa Timur. Pada periode 1974 sampai dengan 2005, ikut membidani kelahiran sejumlah organisasi/LSM, yang bergerak dibidang penyiaran, seperti Persatuan Radio Siaran Swasta NasionaI Indonesia/PRSSNI, Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia/MPPI, Jaringan Radio Pemantau pemilu/JRPP, Jaringan Radio Komunitas Indonesia/JRKI, Lembaga Studi Komunikasi Untuk Demokrasi/ LESKUD dan Masyarakat Komunikasi Indonesia/MKI Surabaya.
Terpilih sebagai anggota Dewan Pers, periode 2000-2003. Terhitung dari tahun 1976 hingga sekarang, menjadi trainer dan konsultan untuk programme development dan jurnalistik, seperti Siaran Pedesaan RRI se Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, PRSSNI, Internews, UNESCO, JRKI, JRPP dan C For VISI/EU. Antara tahun 1997-2002, menjadi drafter Undang-undang Penyiaran PRSSNI/MPPI, yang kemudian diambil-alih menjadi materi utama usul inisitaif DPR, bagi penyusunan Undang-undang No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.
Editor "Buku Panduan Siaran Pertanian RRI", Deppen, 1976. Kontributor buku-buku bertajuk: "Membangun Sistem Penyiaran yang Demokratis di Indonesia"- IMLPC, 2003, serta "Radio dan Pemilu 2004", CETRO-JRPP-FNS, 2004.
Kamis, 30 Agustus 2007, Zainal Abidin Suryokusumo menghadap Sang Maha Kuasa, setelah berjuang berbulan-bulan melawan penyakit yang cukup parah, dengan semangat hidup yang tak kenal menyerah. Meninggalkan seorang isteri (Irajati Moedahar, SH) dan tiga orang putri: Saraswati (Atty); Medina Indreswari (Inre); dan Tribuana Tungga Dewi (Tantri); serta tiga orang cucu: Mochammad Ramadhan Salehoddin, Zahra Ardani, Makkiya Suryokusumo Yusuf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar